Renungan 1 Syawal 1431 H
Mereka bilang dunia ini penuh ketidakpastian.
Semua berganti, berputar, terjungkirbalik mengikuti arus roda kehidupan yang terus menggelinding.
Terlena sepersekian detik saja, celakalah kita.
Entah kita ,manusia, yang tertinggal, ataukah roda itu yang berputar terlalu cepat?
Yang pasti there’s no excuses.
Bagi yang tertinggal ya terlindas. Sedangkan yang lain, yang masih mampu bertahan, dengan sekuat tenaga meleburkan diri dalam ritme perubahan.
Tak ada yang pasti di dunia ini, kecuali dua hal yaitu:
Kematian dan Perubahan.
Kematian adalah suatu harga mati yang tidak dapat ditawar lagi bagi seluruh isi dunia yang berlabel “makhluk hidup”.
Ia merupakan keabsolutan yang pasti terjadi,
Entah kapan, bagaimana, maupun dimana. Allahu Alam.
Nobody could change nor avoid it.
We may not live forever, neither young forever.
Subkhanallah.
Hidup ini memang sungguh menarik. Ia selalu menawarkan keseimbangan.
Hidup - mati. Hitam - putih. Baik - Buruk. Sehat - Sakit. Kuat - Lemah. Sukar - Mudah. Kaya - miskin. Senang - sedih. Pria – Wanita.
Allah menciptakan segala sesuatunya berpasangan. Dua kutub yang ekstrem perbedaannya diciptakan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Mereka diciptakan untuk memperkuat keberadaan (menegaskan eksistensi) yang lainnya. Kalau kita tidak pernah merasakan sakit, bagaimana kita tahu rasanya sehat?
Jika semua orang baik, maka kita tidak akan mengenal istilah baik maupun jahat. Karena semuanya terasa sama. Tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain.
Padahal kita tahu bahwa yang di-“diversifikasi” atau beranekaragam itu lebih tinggi nilainya daripada yang di-“standarisasi”.
Beda pasaran lah yaa, gak level bersaing. Hehehe
That’s why life become exciting, cause kayak yang mbak Agnes Monica bilang di iklan cita**: life is never flat (sengaja disensor, abis ga dibayar sih :p).
Exciting here doesn’t mean that we’ll live easily, beautifully, or happily ever afterkayak di dongeng- dongeng.
Life isn’t that beautiful, sist.
It has flaws along its perfect look, pains haunt after your laughter, holes under its smooth way, traps behind the joy it brings, and many other sh*t you may hug while you are enjoying the art of living.
The point is you’ll never be bored.
When we find something special, we love to experience it more and more. Then we do it continuously.
Well, congratulations! You are successfully transforming it into something ordinary. And that’s what routines do. It stuck your exciting life in a bored one (in some points, you feel that too, right??). But don’t worry. Life will figure it out. It will service you with some pretty surprises! Hollaa, you got a new taste in your life.
That’s what exactly happened to me. Tradisi berkunjung ke rumah sodara- sodara yang bahkan saya tidak kenal baik (sodara jauh) menjadi rutinitas tiap tahun yang, well, terasa monoton, membosankan, & kehilangan esensi yang sebenarnya.
Permintaan maaf pun terasa seperti suatu “keharusan” tanpa keikhlasan.
Ngerti kan maksud saya? Seperti hanya “formalitas” lebaran.
Tapi lagi- lagi, hidup memberikan satu pelajaran penting di balik rutinitas itu. Bagaikan guru yang tak pernah men- judge kita, hidup menjelaskan dengan baik apa hikmah dari bersilaturahim itu kepada saya. Ia menegur keangkuhanku tanpa banyak kata.
Lebaran kali ini memiliki rasa yang berbeda. Bukan karena baju baru, pacar baru, atau anak baru (loh..loh..hahahaha). Tetapi ada hal lain yang menyentak batin saya. Bagaikan menemukan dynamo baru, lampu- lampu imanku yang tadinya cuma 5 watt mampu berpendar layaknya lampu di stadion sepak bola. Hahahaha
Saklar tobat pun di-ON-kan otomatis.
Apa gerangan yang membuat seorang Cindhi begitu lebay?? pliss jangan bilang udah dari dulu :(
Secara lahiriah, nothing special karena ini memang pengalaman batiniah. Hehe.
Sudah menjadi tradisi di keluarga saya (dan di keluarga anda juga, saya rasa) untuk bersilaturahim atau berkunjung ke rumah saudara- saudara yang dituakan. Tepat pada hari pertama lebaran, 10 September 2010, kami melaksanakan ritual tahunan tersebut. Tak lupa tas plastic hitam dijinjing dengan gembira oleh adik saya. Bukan apa- apa, efek euphoria tersebut dipastikan terjadi karena setelah memberikan plastic, biasanya ia akan mendapat feedback dari para sesepuh berupa dupa dan kembang tujuh rupa, hehehe. Ya enggaklah. Dapet duit jajan ala kadarnya (dan aku enggak. Huhuhuhuuu)
Hari itu pun semuanya berlangsung sama dan baik- baik saja. Dan monoton tentunya.
Sampai akhirnya, menjelang malam, saya beserta rombongan tiba di rumah nenek buyut yang konon katanya lahir tahun 1919. Itu menurut pengakuan beliau yang disampaikan kepada Bulik Bapak saya (nah lho, ribet kan).
Di sini lah saya menemukan pencerahan. Hal sederhana dan alami yang sebenarnya kita ketahui tapi sering kita(atau tepatnya, saya) lupakan. Terutama bagi anak muda yang merasa masih segar bugar, umurnya masih dikit (paling baru kepala dua), yang merasa hidupnya masih panjang, dan jauh dari kematian. Mendadak itu semua menjadi pemikiran yang sangat dangkal begitu mendengar berbagai kabar duka dari keluarga besar.
Pertama, melihat keadaan nenek buyut yang sudah tidak mampu berbuat apa- apa lagi, saya merasa diingatkan kembali bahwa kita tidak selamanya muda.Akan tiba saatnya bagi saya, dan kita semua, menjadi tua dan mungkin mengalami hal yang sama dengan beliau. Rambut yang hitam mulai memutih, kulit yang kencang mulai berkeriput di sana- sini (dan nggak ada krim kecantikan apapun yang bisa ngilangin itu sist!), penglihatan mulai rabun, ingatan & pikiran sudah tidak setajam dahulu, bahkan tidak jarang untuk berjalan saja sudah tidak mampu. Hanya dapat hidup dengan bantuan dari anak cucu.
Suatu saat nanti, akan tiba saatnya organ tubuh kita aus dan minta pensiun. Dimana panca indera kita tak lagi berfungsi dengan baik (sumpah, so sad banget). Di usia seperti ini, sudah sangat terlambat untuk menyesali mengapa dulu tidak menjaga pola hidup sehat. Tidak ada guna mengingat sampah apa yang telah kita masukkan ke dalam tubuh kita.
Kan pas masih jadi anak kos, prinsipnya “anything but expensive” alias murah & kenyang. Ya nggak?? Hehehe
Hmm..yang dipinjam memang harus dikembalikan. Begitu juga raga ini.
Rileks kawan. Tak usah terlalu dipikirkan apa yang ditulis di atas. Toh, semua itu belum tentu terjadi. Iya kalau kita hidup 50 tahun lagi kayak lagunya Yuni Shara sama Raffi Ahmad. Lha kalau besok udah dipanggil sama Yang Di Atas??
Allahu Alam. We never know, kawan. Kematian adalah misteri Illahi yang pasti datangnya dan tak ada seorang pun yang bisa memprediksi. Kita tak pernah tahu sampai kapan Allah akan meminjamkan badan ini kepada kita. Detik ini kita berpikir, mungkin saja detik berikutnya kita sudah tak lagi bernafas??
Akan datang hariMulut dikunciKata tak ada lagi
Akan tiba masaTak ada suaraDari mulut kita
Berkata tangan kitaTentang apa yang dilakukannyaBerkata kaki kitaKemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kitaBila harinyaTanggungjawab tiba
RabbanaTangan kami..Kaki kami..Mulut kami..Mata hati kami..LuruskanlahKukuhkanlahDijalan cahaya Sempurna
Mohon karunia Kepada kamiHamba-Mu yang hina
An amazing song by Chrisye
Saya selalu takut bila mengevaluasi kembali detil kehidupan yang telah saya jalani selama 20 tahun ini.
Apakah saya telah bertaqwa sepenuhnya?
Saya rasa belum. Bagaimana dengan anda???
Seringkali kita lupa bahwa hidup itu hanya sementara. Kita TAHU, tapi kita LUPA. Sedangkan kehidupan akhirat yang abadi, malah sering kita nomorduakan. Kita terlalu disibukkan dengan long term plans yang terkadang malah menjauhkan kita dari tujuan akhir, yaitu SURGA. Padahal INGAT, WE ARE NOT GONNA LIVE FOREVER..
Bukan berarti harus meninggalkan rimba duniawi (mati dong??) tapi seperti prinsip kehidupan itu sendiri, balancing. Like wise people say, Key of the true happiness depends on how well you are balancing your life.
Semoga kita mampu memanfaatkan sisa umur kita (yang entah masih berapa lama ini) dengan kebaikan sehingga kita pantas menempati Surga yang telah disediakan oleh Allah SWT.
Amiinn Amiinn yaa Robbal 'Alamiiinnn :)
Comments
Post a Comment