Destination: Hiroshima


Dulu sebelum ke Jepang, aku pernah berjanji pada seorang teman untuk menjurnal kegiatanku sehari-hari selama di sana. Tapi maaf sekali ya teman, aku baru bisa memenuhi janjiku malam ini. Berhubung aku lagi kangen berat sama negeri matahari terbit, so I guess this is the right time to write the whole story when I was in Japan.

Dimulai dari masa pre-departure ya alias sebelum keberangkatan. I don't remember the date exactly, tapi kalian pasti tau kan bencana alam yang dialami Jepang sekitar bulan Maret 2011?? Yap, bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda area sekitar Tokyo yang diikuti dengan bocornya nuklir di PLTN Fukushima Daichi sempat "hampir" memusnahkan impianku. Tapi justru di saat itulah aku tau teman mana yang benar-benar mengharapkan aku berangkat ke Jepang dan mana teman  yang "terlihat" antusias atas kemungkinan programku batal. Hmm..anyway, itu lah teman. Macem-macem ya sifatnya. Hehehe
Mendengar berita di TV yang tak abis2nya mengabarkan betapa gentingnya kondisi Jepang (kesannya gitu), akhirnya aku berinisiatif menghubungi Miyahara-san, salah seorang staf Office of International Affairs (OIA) di HUE, menanyakan kondisi Hiroshima dan status program exchange kami. Meskipun dalam hati, aku sudah bertekad, apapun yang terjadi tak akan ada yang bisa menghalangiku pergi ke Hiroshima. Tekad super bulat!

Alhamdulillah balasan e-mail dari Miyahara-san cukup melegakan. Hiroshima bisa dikatakan aman terkendali, gak terpengaruh sama sekali dengan bencana di sebelah (jauh) utaranya. Jadi kalau dianalogikan sih kayak P. Jawa sama kejadian tsunami di Aceh dulu. Demi mendengar kabar positif ini, jelas InsyaAllah berangkat lah diriku bersama satu orang teman dari FEB.

Selesai dengan segala urusan paspor, visa, tiket, dan asuransi, kami berdua akhirnya berangkat tanggal 2 April 2011 dari Soetta, Jakarta. Oh ya, bagi yang belum tau apa bedanya paspor sama visa (ya kali aja gitu, hehe) jadi paspor itu semacam tanda pengenal kamu itu orang mana. Ngurusnya di Kantor Imigrasi, bisa di daerah lain (beda sama daerah asal di KTP) dan berlaku selama 5 tahun. Terus biayanya sekitar Rp 250.000,00 dengan lama pembuatan 1 minggu. Musti dateng 2x, yang pertama buat submit dokumen, interview, dan foto. Selanjutnya yg kedua buat ngambil paspor. Terus kalo visa itu semacam ijin buat masuk ke suatu negara yang dituju. Jadi kalo mau minta ijin ya datengnya ke Kedubes Negara tsb (boleh dari luar negari lho). Oh ya, jangan lupa buat ngecek website negara yang dituju dulu, soalnya tiap negara bisa beda tata cara, ketentuan, dan biaya yang dikenakan. Kalo untuk Jepang sendiri sih Cuma Rp300.000,00. Murah kan? Padahal itu untuk satu tahun karena disesuaikan dengan enrollment letter dari HUE.

2 April 2011
Pagi sekitar jam 06.00 kami take off dari Soetta dengan China Airlines. I have to be honest, that was my very first flight dan langsung International flight. Hahaha mantap! Rute pesawat kami agak beribet sih, dari Soetta - Hong Kong - Taiwan (ganti pesawat) - Hiroshima. Tapi no problemo kalo buat kami, yang penting selamat dan ngirit. Hihihii. Bagi yang penasaran berapa tiket PP Jakarta - Hiroshima, kemarin sih abis sekitar Rp 8.200.000,00 dengan baggage allowance 25 kg. Katanya sih, kalo buat student (dengan bukti) bisa jadi 30 kg. Cuman gak tau, kemarin kata mbaknya udah gak bisa lagi. Eh, harga Garuda juga sekitar itu lho, lebih murah dikiiiittt..tapi ga langsung ke Hiroshima, adanya ke Kansai atau Narita dulu. Yaaahhh sama aja kan kalo naik Shinkansen pasti sekitar 20.000-an yen. Kalo dirupiahin ya sekitar 2 jutaan lebih. Padahal budget kami kan semacam backpacker ngono, hehehe.

Oh ya, sepanjang perjalanan, kami (aku sih yang minta) foto2 gitu. heheh

Taiwan International Airport

Di Taiwan Airport lagi ada acara gitu deh kayaknya



Kami tiba di Hiroshima airport sekitar jam 20.00 waktu setempat (beda 2 jam sama WIB). Dan sialnya duitku 2.000 yen ilang entah jatuh dimana T__T. mestinya jatuh di pesawat sih. Tapi ketauannya pas uda turun dan ngantri di imigrasi bandara. Yaweslah, diikhlaskan mawon. Alhamdulillah juga dapet ganti yang lebih di sananya. Hehehe

Dengan muka linglung dan kebingungan, serta kedinginan!!, kami mencari loket buat beli tiket shuttle bus bandara. Sesuai dengan instruksi dari Miyahara-san, dari bandara naik shuttle bus kemudian turun di Nakasuji Station, dan Miyahara-san dengan baik hati menawarkan untuk menjemput kami. Yasudah deh petualangan di negeri orang has just begun!

Nyarinya loket tiket, tapi yang kami temukan adalah mesin tiket and you know what?? We didn't know how it works!!! Kami musti gimana biar tiketnya keluar? Mana hurufnya pakai kanji semua kecuali angka!! Kalau salah masukin, duit 1300 yen melayang dong (takutnya gitu. Hoho). Akhirnya kami tanya sama mas & mbak yang physically mirip orang Asia Timur gitu, tapi entah kenapa mereka bilang ga bisa. Padahal kan mereka udah beli :3
Hipotesisku sih, mungkin mereka takut harus ngomong pakai B. Inggris buat jelasin ke kami. Makanya mereka milih jalan simple aja as saying "we don't know". Ah yowes! Untungnya ada bapak2 yang mungkin kasian ngeliat kami tengak tengok deket mesin. Eheheh. Alhamdulillah, setelah tiket didapat, bergegaslah kami ke shelter bus.

I got the tickeeeetttt, yey!!


Saat itu awal musim semi, masih dingiiiiiiinn banget!! Berasa di freezer, beneran deh! Fortunately, aku udah prepare sarung tangan, jaket tebel musim dingin, dan syal hasil ngrengek si adek. Heheh.
Nah, si shuttle bus ini ternyata mirip2 kali ya sama bis Damri yang di bandara2 itu. Perjalanan lumayan jauh dari bandara ke Nakasuji Sta, sekitar 1 jam kali ya. Sesampainya di sana, Mihayara-san sudah menunggu kami dengan mobil putihnya yang baru. Hehe doumo arigatou gozaimashita, Miyahara-san ^^
Kami tiba di apato kami sekitar jam 21.00 atau 22.00 (lupa), nama apatonya Nakamura Apato (kalo ga salah inget). Temenku di lantai 1 dan aku dapet di lantai 2. Abis itu Miyahara-san menjelaskan sekilas how things work termasuk cara ngidupin heater/cooler, makai kompor, hot water etc. Bukan apa-apa, semua keterangan dan tombol di mesin itu dalam bahasa Jepang dan ditulis pakai kanji. Jadi kami nggak ngerti sama sekali. Hehehe. Oh ya, sekalian ngasih password wi-fi dan nyettingin laptop kami. Tapi sayangnya, ternyata stop kontak Jepang dan Indonesia itu tipenya beda. Alhasil, kami harus menunggu sampai besok buat ngecas2 barang elektronik kami. Elektronik apa coba? Paling laptop ding. Soalnya HP ku juga ga bisa dipakai disana, jadi HUE berbaik hati meminjamkan HP kepada semua International Students. Kami tinggal ngisi pulsa (ngaktifin kembali kartunya), yah kira2 abis 3000 yen/ bulan. Sistemnya disana, kita beli pulsa dan bebas sms sepuasnya. Nah kalau telpon, ya itu yang motong pulsa. Eh, tapi kita juga bisa ngirim sms pakai e-mail yahoo lho!! Ada nomornya tersendiri (berbeda dengan nomor HP yang dipakai buat telpon). Nomornya itu khusus buat terima sms dari Yahoo! Mail. Tapi si HP ga akan bisa sms balik ke Y! mail. Kenapa Yahoo! Mail?? Karena di Jepang, orang banyak pakai layanan dari Yahoo! Bahkan untuk search engine, google aja kalah. That's why Jepang merupakan salah satu pasar dominan buat Yahoo!

Comments

Popular posts from this blog

Teori Akuntansi: Uniformity and Disclosure

Teori Akuntansi: The Income Statement

ASP: Akuntansi Masjid vs Gereja