Ceritaku dan Akuntansi

Dear my fellow readers,

Malam ini aku mau cerita tentang kisahku dan AkuntansiBagaimana awalnya kami bertemu, mengenal, dan jatuh hati. Seriously, I'm so in love with accounting sampai detik ini. Memang sih hubungan kami juga melalui pasang surut. Biasalah, namanya juga perasaan, ga bisa stabil di titik yang sama kan?
Ada kalanya passion ini segede king kong, tapi ada kalanya juga cuman segede biji bunga matahari. Hehehe

Passion is like the moon. If it doesn't become big, it would become smaller. - Sampul buku tulis SD dengan sedikit revisi

Anyways, pertemuan pertama kami terjadi sekitar tahun 2006 saat aku masih duduk di bangku kursi kelas X (SMA kelas 1) semester akhir. Waktu itu ada pengumuman seleksi untuk mengikuti lomba mata pelajaran tingkat Kabupaten. Karena semua siswa boleh ikut, maka aku pun memutuskan untuk melalui proses seleksi intra-sekolah tersebut. Pikirku, kenapa tidak dicoba saja buat pemanasan? Sekalian persiapan untuk tahun depan kalau ada lomba yang sama. Walaupun saat itu tidak ada niatan dalam diriku untuk memilih jurusan IPS. Jadi, di SMA ku, siswa-siswi harus memilih antara 2 jurusan yaitu IPA dan IPS ketika menginjak kelas XI. Nah, ada persepsi kurang sedap nih buat jurusan anak IPS. I believe you know lah yaa. Hehehe

So, kenapa aku memilih ikut seleksi lomba Ekonomi?

Dari sekian banyak mata pelajaran, kalau tidak salah ada Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Astronomi, dan Ilmu Komputer, hanya pelajaran Ekonomi-lah yang kurasa dapat dijangkau oleh siswa kelas X (FYI, materi yang akan diujikan itu diambil dari kelas X dan XI). Bismillah, nothing to lose, aku pun mengikuti tes tertulis Ekonomi. Alhamdulillah, soal-soal yang keluar malah kebanyakan dari pelajaran kelas X. Alhasil, namaku pun termasuk dalam ketiga nama yang terpilih untuk mewakili sekolah.
Senang dan bangga rasanya, baru kelas X tapi sudah terpilih untuk ikut lomba. Padahal kebanyakan wakil yang lain dari kelas XI.

Seminggu sebelum lomba, kami diwajibkan untuk mengikuti pelajaran tambahan seusai pulang sekolah. Dalam pelajaran tambahan inilah perkenalan pertamaku sama yang namanya AKUNTANSI terjadi. Sebelumnya, persepsiku tentang Akuntansi sungguh sempit: SMEA dan buku tulis segede gaban kayak ibu-ibu arisan. Hehehe. Yah, karena aku masih kelas X, maka pelajarannya pun sebatas Ekonomi secara umum. Nggak ada tuh yang namanya Akuntansi. Cuma jurusan IPS yang belajar itu.
Alhasil, aku yang masih kelas X pun harus berjuang lebih keras karena nantinya di lomba akan diujikan soal Akuntansi juga. Lah? Kok baru dikasih tahu sekarang???

Ada yang berbeda dari Akuntansi. Makhluk ini seperti wanita, sulit dimengerti. Mungkin karena itu kali ya, jurusan Akuntansi kebanyakan dihuni oleh para bidadari dunia, hahahaha ngasal..
Waktu belajar yang cuma seminggu memaksa pembimbing kami untuk mengulas materi secepat shinkansen. Aku masih inget banget waktu itu beliau cuma ngasih LKS yang ada jurnal sampai laporan keuangan sederhana dan beliau bilang, "dihafalin aja ya! nggak ada waktu buat belajar dari awal".
Haaa???
Bisa dibayangin kan gimana puyengnya belum khatam persamaan dasar akuntansi, udah main lompat ke kertas kerja dan cara nyiapin laporan keuangan. Ya gelagepan lah diriku yang ndak ada basic sama sekali.
Hey dude, accounting isn't something you can just memorize without knowing its logical flows.
I kept thinking, ini angka datengnya darimana??
I had been trying so hard to figure it out myself (God knows), yet I just ended up helpless.
Sampai akhirnya di lomba, banyak banget soal akuntansi yang keluar dan jawabanku cuma asal-asalan.
Dan akhirnya, sekolah kami pun ga dapet juara untuk mapel akuntansi.

Ah, yowes..
No regret. Yang tertinggal hanya rasa penasaranku sama makhluk yang namanya Akuntansi ini.
Kenapa aku nggak bisa ngertiin dia sama sekali??
Nah, dari situlah aku merasa tertantang untuk MENGUASAI si biang keladi ini. Dalam hati, aku bertekad , "AKU HARUS BISA". Rasa penasaran inilah yang akhirnya bikin aku banting setir ke jurusan IPS waktu kenaikan kelas. Selain setelah dipikir, aku memang nggak kepengen kuliah di jurusan IPA sih. Waktu itu, galau abis mau mutusin pilih IPS. Soalnya IPA itu semacam default option and choosing IPS is simply NOT mainstream if you won't call "against it". Banyak orang yang mempertanyakan keputusanku yang dianggap sableng dan melawan kodrat alam ini *halah* *tapi serius nih*
Bahkan orang tuaku pun sempat ragu. Tapi Alhamdulillah, ayahku adalah orang yang sangat demokratis sama pilihan anaknya. Beliau cuma bilang aku harus siap dengan konsekuensinya. Ibu juga sempat meyakinkan kembali sebelum mencontreng, "udah yakin mau IPS?". Aku cuma jawab, "tenang aja bu. InsyaAllah aku akan tunjukkan kalau anak IPS nggak selalu seperti yang dipikirkan orang-orang. I'll be exceptional". Yah, intinya gitu sih. Terlalu pede ya setelah dipikir2. Haha
Well, that's me. I always want to prove that it's a matter of the individual itself. I am the one who decide what I'm going to be. Stereotype orang malah akan menjadi cambuk untuk membuktikan bahwa saya berbeda :)

***

Padahal dulunya aku ngerasa tersinggung pas ada yang bilang, "kamu itu emang bakat ya di IPS. Udah IPS banget cara ngomongnya". Entah pernyataan itu (mungkin) maksudnya memuji atau apa, tapi bagiku itu terdengar seperti sebuah penghinaan. Heheh.

Jadi, pernyataan itu terlontar dari seorang teman setelah aku selesai presentasi. Khusus untuk tugas pelajaran IPS, kami dibagi jadi beberapa kelompok dan disuruh presentasi masing-masing bab yang sudah ditentukan. Kelompokku kebagian jenis persaingan pasar. Itu loh yang pasar persaingan sempurna, tidak sempurna, monopoli, oligopoli, blablabla. Aku emang ngerasa "pas" banget sih sama materinya. Jadi, meskipun itu kali pertama aku presentasi, yah aku ngerasa enjoy dan bisa menguasai materi. Rasanya bener-bener relax, nggak ada beban, dan pede gilak. Hahaha

Dan itu merupakan salah satu presentasi yang mengubah hidupku,
titik dimana aku merasa menemukan passion-ku bersama Akuntansi :)
Semenjak itu, rasanya ada aja kejadian yang menuntunku ke titik dimana aku berada saat ini.
Allah memang tahu jalan yang terbaik dan Dia tidak akan membiarkan kita tersesat.
Aku percaya itu.


Comments

Popular posts from this blog

Teori Akuntansi: Uniformity and Disclosure

Teori Akuntansi: The Income Statement

ASP: Akuntansi Masjid vs Gereja