MonoDialog
Hidupku sempurna.
Belum, satu lagi. Dan sempurna!
Iyakah?
Ah, tidak. Salah..salah. Satu lagi untuk saat ini.
Namun bila esok menjelang, satu itu tak kan cukup menyempurnakan.
Kurang satu, dua, atau tiga hal lagi.
Kurang?
Ya.
Siapa bilang kurang?
Aku.
Kau? Siapa kau?
Aku si perfeksionis.
Aha, begitukah?
Ya.
Ah kau ini bukan perfeksionis, kau si tak tau malu. Atau tak tau terimakasih. Pilihlah sendiri, setali tiga uang.
---
Kemarin kau bilang kurang satu. Setelah tercukupi, kau bilang kurang lain lagi.
Kapankah terpuaskan?
Ah..kawan, aku ini kan hanya manusia biasa. Nafsuku merajalela bersama usia dan harta.
Semakin hari, semakin pintar, semakin kaya, semakin menggunung kebutuhanku, kawan.
Kebutuhan? atau..Keinginan?
Tak usahlah kau bermain kata. Faktanya aku merasa kurang.
Keluarga yang harmonis dan bahagia. Anak yang lucu dan pintar. Pekerjaan dan keuangan yang mapan. Prestasi gemilang.
Kurang apa?
Hanya satu yang kurang.
Apa?
Syukur.
He?????
Ya, hanya syukur yang absen dari daftar indah itu. Syukur itu mencukupkan, bukan?
Syukur itu cukup. Ya, aku rasa.
Tapi, bagaimana dengan esok?
Para motivator kondang itu bilang kalau tujuan, target, dan ambisi diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri. Untuk motivasi, begitu katanya.
Iya lho, katanya.
Nah, bukankah itu berarti kita tidak boleh cepat puas? dengan kata lain, ga bole cepat merasa "cukup"?
Jare sih yo ngono (katanya sih gitu). Kok jadi bermata dua begini (bingung).
Hahaa. Tak usah bingung kawanku, bukankah semua hal di dunia ini bermuka dua?
Oleh karena itu, dari sudut mana kamu memandang akan sangat mempengaruhi image yang kamu tangkap.
Cantikkah? Burukkah??
Hanya masalah sudut pandang dan pencahayaan.
Heran, kenapa orang suka beradu mulut.
Mengapa tak coba miringkan kepala, ubah sedikit sudut pandang. Atau..coba melihat dari arah yang berlawanan?
Mungkin, hanya mungkin, akan lebih mudah tercipta mutual understanding.
---
Hei, apa hubungannya sudut pandang dan cukup?
Karena "cukup" itu sendiri bermuka dua, kenapa tak menggunakan dua sudut pandang teman?
Maksud lo???
Ya gunakan si cukup ini dengan bijak. Lihat konteksnya.
Tak lupa mengucap syukur untuk membangunkan rasa cukup dari tidurnya, sekaligus tak pernah cukup untuk perbaikan.
Ahh..souka..
Sekarang, Adakah cukup bagimu?
Ya, aku bersyukur dan aku merasa cukup. HARI INI.
#%R%^UIU(()O(&^%&Y(**#
Tenang kawan, hari ini kututup hariku dengan syukur yang mencukupkan segalanya bagiku, UNTUK HARI INI.
Esok hari, merugilah diriku jika cukup dengan pencapaianku hari ini. Besok, akan ada batas cukup yang (semoga) lebih baik dari hari ini :)
So..Sudahkah anda mengucap syukur hari ini? ^^
Comments
Post a Comment