Catatan Cindhi

Jika saja kita mampu memahami bahwa memaafkan itu bukan untuk kebaikan orang lain melainkan diri kita sendiri, niscaya tidak akan ada lagi perkataan: "Tapi apa yang dia lakukan sungguh keterlaluan! (Insert keluhannya yang bisa saja sebenarnya valid)."

Karena sejatinya dunia itu ujian. Maka respon kita adalah jawabannya.
Yang menentukan kita lulus atau tidak adalah respon kita. Kita gagal bukan soal yang dikasih (AA Gym).

Kalau saja kita paham tujuan membuang semua kebencian/ dendam/ amarah, dll itu demi mencapai 'keselamatan (kebersihan) hati', dan bukan perkara apakah pihak lain yang terlibat itu 'pantas' untuk dimaafkan/ diperlakukan dengan baik.

Karena kita yang diuji (dari perspektif kita). Dan ingat, Allah sudah sampaikan bahwa sesungguhnya, kita ini adalah ujian bagi satu sama lain. Jadi anggap saja sebagai perontok dosa. Memaafkan orang lain sebagai tawassul agar Allah memberikan ampunannya untuk kita.


Kita yang banyak dosa :(


Kuala Lumpur, 18 April 2022

Comments

Popular posts from this blog

Teori Akuntansi: Uniformity and Disclosure

Teori Akuntansi: The Income Statement

ASP: Akuntansi Masjid vs Gereja