Dari Tempe Goreng Hingga Demokrasi
08.15 AM "Bu, nggak ada tempe goreng ya?", tanyaku ke Ibu penjaga warung tenda di seberang kantor saat sarapan pagi tadi. Si Ibu menggeleng. “Nggak ada, neng. Kan udah tiga hari ini nggak ada yang jualan tempe tahu. Lagi pada demo atuh neng”, begitu terangnya. Memang beberapa hari ini bisa dibilang tahu dan tempe termasuk barang langka. Pasalnya, para penjual makanan berbahan dasar kedelai itu sedang melakukan aksi mogok untuk menuntut penurunan harga kedelai yang makin meroket. "Kemaren ada neng yang masih jualan. Cuma satu orang di Simpang Dago. Dia gak mau ngikutin pedagang-pedagang yang lain. Akhirnya kemarin diobrak-abrik itu dagangannya", si Ibu masih melanjutkan curcolnya dengan semangat. "Padahal ya neng, itu juga mengurangi pendapatan saya. Biasanya saya kan bikin tahu isi atau tempe goreng, sekarang teu aya .” Aku terdiam sejenak. Dalam hatiku, sebal juga atas ketiadaan makanan favorit sejuta umat di Indonesia itu, termasuk aku. Hehe. Apala...