Museum Ulen Sentalu: Filosofi Busana Pengantin Jawa

Ada satu hal yang paling aku suka dari orang Jawa.Semua hal, bahkan yang terkecil dan terlihat sepele pun memiliki filosofi yang luar biasa bijak .

Hari Jumat kemarin, kami (aku & ketiga teman kos-ku) maen ke Ulen Sentalu.
itu tuh, Museum Budaya Jawa yang ada di Kaliurang. Pasti tau dong??
Konsepnya keren, bangunan kuno dengan sulur2 gtu .
T.O.P M.A.R.K.O.T.O.P deh!

Anyway, pas di situ kita ngliat busana pengantin wanita Jawa, tepatnya Jogjakarta.
Tau sendiri kan gimana ribetnya??
tapi di situ, aku terkesan banget dengan tutur kata si guide yang menjelaskan arti ke-riweuh-an itu.
Kurang lebih kaya gini :


busana tradisional pengantin jawa

Mulai dari hiasan di kepala, ada "sunduk thul" (kalo orang Jawa bilang) yang jumlahnya lima, simbol bahwa rukun Islam ada lima.

Masih berupa hiasan di kepala, ada segitiga berwarna emas yang merupakan simbol Gunung yang berarti Dewa (kalo jaman dulu kan masi Animisme tuh) ato Tuhan itu di atas segala- galanya.

Kemudian ada dua hiasan yang mengapit segitiga tadi yang artinya seorang wanita harus siap memasuki gerbang rumah tangga.

Lanjut ke dahi, di situ ada gambar hitam yang polanya khas (sayang, ga bole di foto. use ur imagination ya guys! yang orang Jawa pasti tau lah). gambar di dahi bagian tengah itu, yang belakangan saya ketahui bernama "paesan", artinya seorang istri harus selalu berpikir jernih meskipun keadaan sekitar ga mendukung. sedangkan pola hitam yang lain merupakan penyeimbang.

Pada ujung alis pengantin wanita dibentuk bercabang, mirip tanduk kijang, yang artinya seorang istri harus lincah, gesit.

Di tengah kedua alis, terdapat sebuah titik (segitiga kecil) berwarna hijau yang artinya seorang istri harus fokus pada satu suami. (Maaf, mengecewakan bagi yang ingin Polyandri :p hehehe). 

Pengantin wanita memakai hiasan yang berupa daun pepaya yang dipasang di kuping, karena rasanya yang pahit, merupakan simbol bahwa seorang istri harus mampu melalui pahitnya hidup berumahtangga.

Kita turun ke hiasan di kedua lengan yang berupa semacam gelang berwarna emas, artinya seorang istri harus kuat, mandiri, tidak boleh manja, tidak boleh cengeng, tidak boleh mudah mengeluh.

nah itu tadi berbagai hiasan dan perhiasan pengantin. sekarang kita lihat filosofi dari bajunya sendiri.

Pengantin wanita memakai semacam ikat pinggang dari kain yang merupakan simbol bahwa seorang istri harus mampu menjaga rahasia pernikahan.

Selanjutnya, pengantin wanita juga memakai untaian daun (ga jelas jenisnya, ijo deh pokoknya :D ) yang melingkar di seputar pinggulnya dan sebagian lagi menjuntai indah ke bawah.
Di bagian depan (pertemuan kedua rangkaian di perut) dan ujung bawah diberi bunga.
Rangkaian tersebut merupakan simbol agar kelak dalam melahirkan diberi kelancaran.
Yang terakhir, "jarit" (kain batik) pengantin wanita dibentuk sedemikian rupa (yang gede gitu).. Nah yang ini saya lupa artinya, LOL.


and..
Info paling bontot nih, seorang pendamping pengantin dipilih dari kalangan saudara yang pernikahannya baik- baik saja supaya bisa nular kebaikannya itu.

Well well well ,
Meskipun ribet, sekarang kita tau filosofi dibalik itu semua.
yang kalo benar- benar dijalankan oleh seorang istri, tentunya akan menaikkan derajat sang istri di mata (dan hati) suaminya.
Tidak mudah memang. tapi bukankah itulah inti dari kehidupan?


"Allah tidak menjanjikan hidup kita akan selalu mudah, tapi Dia berjanji untuk selalu menemani dalam setiap langkah kita".

"Janganlah berdoa hidup akan menjadi mudah, tapi berdoalah kita akan selalu diberi kekuatan untuk menjalaninya".

--dua quotes yang saya sukai, tapi lupa nemu darimana. hehe :Dv--


P.S: tapi masi penasaran, kenapa ga dijelasin filosofi dari baju pengantin pria ya???
lain kali kalo kalian ke sana, tolong ditanyain yah. hahahaha

Comments

Popular posts from this blog

Teori Akuntansi: Uniformity and Disclosure

Teori Akuntansi: The Income Statement

Akuntansi Sektor Public: Rangkuman Jenis Anggaran