Gandum Terbaik

Seorang teman pernah bercerita,
"Mencari pasangan itu seperti berjalan di ladang gandum. Kau hanya boleh berjalan lurus ke depan. No way back. Teruslah melangkah hingga kau merasa menemukan yang terbaik diantara gandum- gandum itu. Selama perjalanan kau boleh berhenti saat melihat gandum yang kau rasa baik. Namun jika kau tak suka, kau boleh berjalan lagi. Melepas gandum tadi untuk mencari yang lebih berkualitas. Tapi ingat, jika didepan kau tak menemukan gandum yang lebih baik, janganlah kau sesali. First rule: No way back, buddy"

That's why pikirkan baik- baik, mantapkan hatimu untuk memilih. Buka mata hatimu agar engkau melihat lebih jelas. Libatkan Dia Yang Maha Tahu dalam setiap langkahmu.
Jangan sampai engkau menyesali pilihanmu, teman.

Terkadang kita memutuskan untuk terus melangkah, berusaha menemukan yang terbaik. Merasa pasangan kita saat ini tidak cukup baik. Kurang tepat untuk mendampingi dan berbagi cerita hingga ujung usia.
Mungkin itu benar, mungkin itu salah.

Permainan kehidupan memiliki aturan sendiri, sama seperti hal lainnya.
Seringkali kita salah niat (terutama kaum hawa nih yang suka dreaming to be a princess). Saat memulai sebuah hubungan, janganlah berharap pasangan kalian akan menjadi "pasangan ideal yang terbaik sedunia", "perfect match", "The One"  atau ekspektasi yang super tinggi lainnya. Karena jika itu harapan yang ingin kau capai dalam menjalani sebuah hubungan, maka dengan sangat menyesal saya katakan kau tak kan pernah mendapatkannya.

Pasangan terbaik dalam sebuah hubungan bukan berarti mencari yang paling pengertian, paling pinter, paling kaya, paling sabar, paling cakep, atau paling- paling yang lain.
Kalau memang mencari yang "paling" dalam segala hal, niscaya kau tak kan mendapatkan apapun.
Tak kan kau temukan gandum yang tepat bahkan hingga ke ujung perjalananmu.

Saat kita melihat gandum yang kita anggap baik dalam perjalanan, mungkin kita akan berhenti. Namun setelah kau teliti lebih detil, ternyata gandum itu teksturnya kurang sempurna. Kemudian kau menoleh dan menemukan gandum lain yang terlihat lebih menggoda. Tekstur dan warnanya tampak lebih memikat. Ah, mungkin gandum kedualah yang lebih baik. Kau pun melepas gandum yang telah kau dapat tadi. Peristiwa yang sama terjadi saat kau mendekati gandum kedua. Ternyata ia tak sebaik perkiraanmu. Kau pun memutuskan untuk terus berjalan.
Sayangnya, selama perjalanan peristiwa diatas terjadi berulangkali. Tanpa kau sadari, kau telah mencapai ujung ladang dan kau tetap tidak puas dengan pencarianmu. Termasuklah kau sebagai orang yang merugi.

Anggapan "we are meant to be" terkadang menyesatkan. Tercipta untukku bukan berarti tak perlu ada penyesuaian, tak perlu ada pengertian. Bukan.. bukan itu, kau sungguh telah salah mengartikannya.
Meant to be tak berarti Tuhan telah menciptakan pasangan "sempurna" untuk kita. Bukan berarti Mr. Right itu ada dengan sendirinya di sana. Semuanya butuh usaha, teman.
Kita sendiri lah yang menentukan siapa yang pantas menjadi Mr. Right. Memang benar, Tuhan telah mengatur jodoh kita. Tapi bukan berarti kita dibiarkan tanpa usaha dalam menemukannya.
Sebelum ada yang protes, saya tambahkan, usaha di sini juga bukan berarti para gadis harus mengejar dan ribut mencari Mr. Right- nya. Saya termasuk wanita yang percaya bahwa Mr. Right will come in the right moment.
How will we know??
Nah, disinilah peran usaha tadi. Apabila kita telah berpasangan (baca: pacaran) dan wondering "bener ga sih cowok gue yang sekarang adalah cowok yang ditakdirkan buat gue??"
Coba deh dipikir, sampai kapan pun ga akan ada SK (Surat Keputusan- red) dari langit yang memberitahukan bahwa kita telah bersama orang yang tepat. Itu karena kita sendiri yang berhak menentukan.

Jangan sampai engkau membuang- buang waktumu hanya untuk mencari dan membandingkan. Mana yang terbaik?
Hanya diri kita sendiri (dan pasangan kita) yang bisa menjawabnya.
Bukan dengan membandingkan pasangan kita dengan orang lain yang kita anggap ideal, tak kan pernah ada habisnya. Ideal itu hanya ada dalam wadah idealisme mu yang sempurna. which is, manusia itu tak ada yang sempurna.
Jawablah dengan memberikan komitmen dan pengabdian kepada pasanganmu.

Saat kau tak perlu menjadi orang lain untuk membuatnya merasa nyaman. Kau bahkan tak perlu berusaha, cukup menjadi dirimu sendiri. Maka saat itulah kau menemukan orang yang tepat :)

Ada banyak gandum di ladang, ada banyak pilihan dalam kehidupan.
Ini bukan hanya tentang pilihan, tapi juga tentang bagaimana kau bertanggungjawab atas pilihanmu.
Ini tentang bagaimana kau merawat gandum yang tidak sempurna, bukan tentang perbandingan antara gandum yang satu dengan gandum yang lain.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Teori Akuntansi: Uniformity and Disclosure

Teori Akuntansi: The Income Statement

Akuntansi Sektor Public: Rangkuman Jenis Anggaran